Jumat, 19 Februari 2010

Rofi' Fajariah, S.Psi, Psi, Kepala KBAT Birrul Walidain
menyerahkan cenderamata kepada Yuli Astuti pemilik
kerajinan ,,Batik Muria Kudus'' saat melakukan PPL Jum'at (19/2).
Cendera mata itu berupa ,,Koran Kecil'' dan Kalender cantik
(Foto : Pak Au)*
Dimanapun berada, termasuk ketika PPL di kerajinan ,,Batik Muria Kudus''
Jum'at lalu (19/2) anak-anak Kelompok Bermain 'Aisyiyah Terpadu Birrul
Walidain selalu menampilkan Operet Anak. Gerakan yang lucu ketika
bernyanyi dan menari justru menjadi daya tarik tersendiri. (Foto : Pak Au)*
Setelah membawakan konser, dua murid KBAT Birrul Walidain,
Dini dan Anindha menyerahkan sekuntum mawar kepada
Mbak Yuli Astuti pemilik ,,Batik MUria Kudus''. Ini terjadi saat
melakukan PPL (Program Pengenalan Lingkungan) Jum'at (19/2).
(Foto : Ilmiroh)*
Ibu Mualimatul Hidayah, S.Pd.I tengah mengajari
Rasyid, Sita, Athif, ketiganya murid KBAT Birrul
Walidain, cara memegang canting untuk membatik,
ketika melakukan PPL di ,,Muria Batik Kudus'' Jum'at (19/2)
(Foto : Ilmiroh)*
Mbak Yuli Astuti, pemilik usaha ,,Batik Muria Kudus''
tengah mengajari Dini, murid KBAT Birrul Walidain, cara
memegang canting untuk membatik yang benar. (Foto : Ilmiroh)*

Selasa, 16 Februari 2010

Rofi' Fajariyah, S.Psi, Psi
Pemimpin Redaksi

Senin, 15 Februari 2010

Keberhasilan Ini, Keberhasil Tim

Oleh Rofi' Fajariyah

Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan atas limpahan nikmat-Nya. Edisi kali ini kami dengan rendah hati menyampaikan kemajuan kami dalam membuka wbsite atau blog serta E-mail di interrnet.

Ini patut kita syukuri karena Koran Kecil tampil pertama di Indonesia untuk tingkat Play Group atau Kelompok Bermain. Tentu ini sebuah prestasi yang pantas dibanggakan.

Tetapi perlu diketahui bahwa kami adalah sebuah tim. Jadi keberhasilan ini adalah keberhasilan tim. Maka kami selalu berupaya semoga tim kami semakin solid di kemudian hari. Amin.

Untuk itu kami perlu dukungan banyak pihak, terutama komponen Birrul Walidain untuk memberi kritik dan saran yang membangun demi kebaikan kita bersama. Akhirnya, selamat membaca!***
Anak-anak KBAT Birrul Walidain tengah belajar membuat
donat di Foodmart Matahari Dept. Store ketika melakukan
Program Pengenalan Lingkungan Jum'at lalu (22/1). (Foto: Helida)*
Trio Izzul, Najib dan Raju membawakan lagu
Hanya Satu ketika melakukan PPL ke Matahari Dept. Store
Jum'at lalu (22/1). Ketiganya murid Keelompok
Bermain Birrul Walidain Kudus (Foto: Helida)*

Sabtu, 13 Februari 2010

Saat tidur Mas Faros (foto kiri) tetap mohon ditunggui Ibu Heny,
tetapi malu untuk diambil gambarnya. Dan beberapa saat
kemudian ... Sleeping Beauty ... (Foto Pak Au)

Faros, Selalu Ngelendotin Ibu Heny, tapi Tetap Mandiri

Oleh Ibu Ida

Kali ini cerita datang dari Ananda Faros, anak KB-1. Kalau di edisi sebelumnya Ananda Wawa bertubuh tambun, maka Faros bertubuh kecil mungil. Anehnya ia tak suka disebut kecil, selalu saja ingin disebut besar.

Mas Faros ini sangat dekat dengan Ibu Heny. Dalam banyak kesempatan selalu saja Ibu Heni yang selalu ditanyakan. Misalnya ketika saatnya jam tidur Ibu Heny yang ditanyakan. Ketika Ibu Helida mengatakan Ibu Heny ada di ruang makan menemani teman-teman yang belum selesai makan, ia pun bertanya : ,,Apa aku boleh makan lagi, Bu?" Meskipun akhirnya ia tetap mau masuk kelas untuk tidur ditemani guru lain.

Hampir di setiap kesempatan Faros selalu mencari Ibu Heny. Dan bila Ibu Heny sudah ada di dekatnya, ia pun mulai ngelendot. Sedikit demi sedikit Ibu Heny berusaha membuat Faros untuk tidak bergantung padanya. Bila tadinya ia bisa minta dipangku, digendong dan ngelendot di bahu dan punggung Ibu Heny, kini Faros hanya ngelendotin tangan gurunya itu.

Kenapa bisa seperti ini? Usut punya usut, ternyata sebelumnya Faros pernah belajar di TPA Halimatussa'diyah Desa Prambatan. Dan salah satu pengasuh yang dekat dengannya, wajahnya dan penampilannya mirip dengan Ibu Heny. Itulah sebabnya Faros merasakan kenyamanan tersendiri kalau bersama Ibu Heny.

Meskipun Mas Faros nampak manja, tetapi saat Sentra dia bisa mandiri dan mau mengerjakan apa yang diminta gurunya. Inilah yang melegakan pada guru di KBAT Birrul Walidain.***
Ananda Agung (Foto: Pak Au)

Miscomunication

Oleh Ibu Heny

Cerita Lucu ini datang dari Mas Agung, anak KB-1. Ia amat mengidolakan ayahnya. Dalam setiap kesempatan, terutama bila sang ayah pulang dari berlayar, dia selalu mengulang cerita ayahnya tentang kunjungannya ke negara lain, seperti Malaysia, Singapura, Jepang, dll.

Hingga suatu saat Mas Agung bercerita bahwa ayahnya akan membuat rumah di Jepang. Guru-guru pun tertegun, lantas kapan ke sananya? Setelah diceritakan jalan ke rumahnya, semua jadi tahu dan tertawa. Ternyata yang dimaksud adalah Desa Jepang (salah satu Desa di kota Kudus) dan bukan Negara Jepang. Lagi-lagi semua tertawa, ternyata telah terjadi miscomunication.***

Jumat, 12 Februari 2010

Yusuf Supriyanto, S.Pd.

Yusuf Supriyanto, ''Terus Maju Koran Kecilku''

Oleh Ibu Tatik

Komentar kali ini kami dapatkan dari Bapak Yusuf Supriyanto, S.Pd., salah seorang pengurus KBAT Birrul Walidain yang tergolong aktif. Ini dibuktikan dengan sebisa mungkin menghadiri undangan pertemuan yang diadakan oleh TK maupun KBAT Birrul Walidain.

Kata-kata pertama yang ia ucapkan adalah ''Selamat atas terbitnya Koran Kecil pada Tahun Kedua ini''. Harapannya yang besar ini semoga menjadi kenyataan yaitu menjadi media komunikasi antara orang tua dan sekolah yang baik dan maksimal, terbit sesuai waktu, tambah berbobot dan keren serta menjadi sesuatu yang dirunggu-tunggu oleh sekolah dan wali murid karena ada kegiatan dan sesuatu yang baru untuk diketahui.

Selanjutnya Pak Yusuf menambahkan bahwa Koran Kecil merupakan potret diri KBAT Birrul Walidain yang merupakan gambaran, nafas, denyut jantung yang menjadi dinamika kehidupan.

Di akhir pembicaraan ia berpesan dengan penuh harap : ''Majulah Koran Kecilku. Tumbuh dan berkembanglah''. Atas pesannya ini para redaktur Koran Kecil menjawab, Insya Allah kami tidak ingin mengecewakannya. Amin.***
Muslimah, S.Pd.I
Kepala TK 'Aisyiyah Terpadu Birrul Walidain Kudus

TKAT Birrul Walidain Sebuah Alternatif

Oleh Ibu Aulia dan Ibu Ilmiroch

Kemanakah anak-anak KBST Birrul Walidain setelah lulus? Tak perlu pusing-pusing dengan hal ini. karena sudah disediakan tempat khusus di TKAT Birrul Walidain. Menurut Muslimah, S.Pd.I, Kepala TKAT Birrul Walidain, dari segi lokasi TK kita ini terletak di tengah kota, jadi relatif mudah dijangkau. Lebih-lebih didukung lingkungan yang sehat, bersih, dan agak jauh dari jalan raya. Ini menunjang kemanan dan kenyamanan anak dalam belajar sehingga orang tua merasa senang dan nyaman.

Ditinjau dari fasilitas, TKAT Birrul Walidain relatif memenuhi kebutuhan yang terkait dengan kegiatan pembelajaran anak, mulai dari sarana prasarana, alat permainan dll. Waktu KBM (kegiatan belajar mengajar) durasi waktunya cukup panjang (07.30 - 13.30) yang dimungkinkan menguntungkan orang tua peserta didik, terutama bila keduanya bekerja. Dengan demikian pihak sekolah leluasa menyampaikan materi agama seimbang dengan materi pengembangan kemampuan dasar pada anak-anak. Diharapkan kelak anak TKAT Birrul Walidain menjadi anak cerdas inteligensia, spiritual dan emosionalnya. Amin.

Bagi peserta didik asal KBAT BIrrul walidain yang melanjutkan ke TKAT Birrul Walidain ada beberapa hal yang menguntungkan bagi orang tua maupun anak didik. Diantaranya, adaptasi anak pada sekolah dan lingkungan tentu lebih baik sehingga mendukung kegiatan pembelajaran selanjutnya. Sosialisasi anak kepada guru dan teman-teman lebih mudah, yang merupakan modal awal untuk mengembangkan kemampuannya. Orang tua juga diuntungkan karena tidak harus menunggu putra/putri mereka lagi pada saat proses belajar-mengajar. Dan yang penting lagi biaya pengembangan mendapat keringanan 50%***
,,Kucing-kucingku''
Karya : Nasywa, murid Kelompok Bermain
'Aisyiyah Terpadu Birrul Walidain Kudus
,,Kura-kura Bermain''
Karya : Hibat, murid Kelompok Bermain
'Aisyiyah Terpadu Birrul Walidain Kudus

Kamis, 11 Februari 2010

9 Alasan si Kecil Mogok Sekolah (2-Habis)

Oleh Rofi' Fajariyah, S.Psi, Psi

Pada Edisi ini kami lanjutkan dengan alasan ke 6, yakni:
6. Masih terlalu muda. Ini menjadi faktor yang semestinya disadari orang tua dan guru. Tapi kadang ada kebutuhan mendesak yang membuat si anak harus masuk sekolah. Akibatnya, anak ditekan harus menghadapi masalah. Biasanya guru dianggap sebagai ibunya. Akhirnya menginginkan selalu dipangku oleh ,,ibu pengganti'' dan mengikuti kemana saja ''ibu'' itu pergi, menuntut perhatian penuh dari gurunya, masih takut dan akhirnya ogah pergi ke sekolah.

7. Tak suka Ibu Guru. Bagaimana pun kecocokan tidaklah dapat dipaksakan. Bisa saja si kecil tidak merasa cocok dengan gurunya, atau sebaliknya. Guru yang baik tak bakal menunjukkan sikapnya, tetapi membuat pendekatan dengan si kecil dan melakukan hal-hal yang pantas dan semestinya. Tetapi anak tak dapat dibohongi. Dia pasti akan merasakan ''ketidaksukaan'' gurunya. Akibatnya dia menolak pendekatan dari gurunya dan malas ke sekolah.

8. Merasa tak mampu. Biasanya kapasitas mental anak belum cukup berkembang untuk untuk menerima pembelajaran. Butuh waktu lebih lama dalam menangkap apa-apa yang diberikan oleh gurunya. Bila dibiarkan bisa menjadi anak menolak tugas dari guru dan akhirnya mogok pergi ke sekolah.

9. Bosan sekolah. Rasa bosan pada anak bisa terjadi karena banyak sebab. Salah satunya karena tak ada yang menarik di sekolah. Misalnya, memberikan penjelasan kepada anak di kelas tentang proses menanam. Alangkah baiknya penjelasan tersebut diikuti dengan praktik secara langsung yang dilakukan oleh anak dengan bantuan guru. Hal ini akan lebih menarik daripada hanya berupa penjelasan.

Kesimpulannya ke-9 alasan si kecil mogok akan teratasi dengan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru. Sesekali perlu ada sedikit pemaksaan untuk sebuah kebaikan dengan terus memberi pengertian kepada anak.

Akhirnya semoga tips ini berguna bagi pembaca. Terima kasih Papa-Mama Mas Bram.***